Available in: Bahasa   English   Go to media page

Adab Makan berdasarkan Sunah Nabi (s)

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Saturday, Sep 19, 2009 Fenton, MI US

A`udzu billāhi min asy-Syaythān ir-rajīm

Bismil-Lāhi’ r-Rahmāni ‘r-Rahīm.

Nawaytu ‘l-arba`īn, nawaytu ‘l-`itikāf, nawaytu’l-khalwah, nawaytu ‘l-`uzlah, nawaytu ‘r-riyādhah,

nawaytu ‘s-suluuk, lillāhi ta`ala fī hādza ‘l-masjid.

Patuhi Allah, patuhi Rasul, dan patuhi orang-orang yang mempunyai otoritas. (4:59)

Sebagaimana yang kita katakan sebelumnya, ath-thariqatu kulahaa adaabun, "Tarekat dibangun berdasarkan adab (perilaku yang baik)." Tariqah adalah inti dari Islam, ia berada dalam kerangka Islam dan perilaku islami. Ini artinya jika kita tidak mempunyai adab yang baik, seolah-oleh seseorang berada di luar apa yang dibawa oleh Nabi (s). Sebagaimana kalian ingin berbicara dan berpakaian dengan baik, perbuatan-perbuatan ini mempunyai disiplin dan kehormatan tersendiri. Kalian tidak bisa melintasi batas. Ketika kalian berhadapan dengan lampu merah, kalian tidak bisa lewat, kalian harus berhenti. Ketika kalian mempunyai lampu hijau, kalian boleh bergerak. Jadi di dalam Islam, kalian harus mengetahui lampu merahnya dulu sebelum kalian mengetahui lampu hijaunya, karena jika kalian tidak tahu di mana berhenti, bisa saja kalian melakukan banyak kesalahan. Jadi lampu merah adalah penting, agar kalian bisa menghentikan nafsu dan keegoisan, kalau tidak kalian dapat melanggar batas dan jatuh setiap saat.

Segala sesuatu yang kita kerjakan memiliki karakteristik atau protokol khusus untuk mengingat Allah (swt). Dan saya ingin menyampaikan topik ini karena setiap orang memerlukannya setiap hari dan tidak seorang pun yang bisa hidup tanpanya. Orang-orang mungkin menduga-duga, kira-kira apa yang membuat kita tidak bisa hidup tanpanya. Ini sangat penting untuk diketahui. Jika kita berpikir sedikit, kita akan mendapatkan jawabannya. Apakah itu? (Seorang murid) berkata, “makanan,” yang lain berkata, “air.” Jawaban pertama adalah benar. Kalian tidak bisa hidup tanpa makanan, yang merupakan kebutuhan utama, kemudian yang lain menyusul. Bahkan di rumah sakit kalian pun memerlukan makanan.

Ketika kalian akan pergi bekerja, kalian berpakaian dengan rapi sehingga orang melihat kalian sebagai orang yang tampan atau cantik. Juga, ketika kalian makan kalian harus memberi kehormatan tertinggi terhadap makanan. Kini orang-orang makan dengan pandangan yang lapar, seolah-olah mereka tidak pernah melihat makanan dan itu adalah syirik. Nabi (s) sebagian besar makan dengan roti barley yang keras dan berbatu. Beliau memakannya dengan air, garam dan vinegar (cuka buah) atau minyak. Alhamdulillah, itu merupakan makanan yang lengkap bagi Nabi (s)! Hari ini kalian berpuasa. Jika mereka membawakan kalian roti, minyak dan vinegar, kalian tidak akan memakannya, dengan segera kalian akan marah dan pergi ke restoran. Kalian tidak akan mengatakan alhamdulillah jika hanya ada vinegar, minyak dan roti. Ada orang di Pakistan dan Afrika yang tidak mempunyai makanan. Allah (swt) menyediakan kita makanan terbaik dan tetap saja kita mengeluh bahwa makanan itu tidak baik atau tidak cukup atau kita tidak menginginkannya.

Mawlana Syekh Nazim (q), semoga Allah (swt) memanjangkan usianya, di dalam rumah beliau di Damaskus pada tahun 1960, beliau mempunyai kebiasaan yaitu ketika orang-orang telah tertidur, beliau pergi ke dapur ke sebuah lemari yang tertutup dengan ram kawat yang mempunyai lubang-lubang kecil untuk udara, beliau membukanya dan mengecek makanan yang rusak (basi). Beliau meletakkannya di pinggir untuk keesokan harinya, makanan yang paling bau. Hari berikutnya Mawlana menawarkan tamu-tamunya makanan yang baik dan memakan makanan yang buruk tadi untuk dirinya sendiri. Saya melihatnya beberapa kali. Beliau akan memakan makanan yang basi, kadang-kadang dengan jamur dan bintik-bintik hitam, tidak memberikan kepada orang lain untuk dimakan. Sekarang, apakah kalian akan melakukan hal itu? Tak seorang pun akan melakukannya. Berton-ton makanan akan dibuang. Islam datang untuk mengajarkan kita bagaimana caranya makan!

Dalam pelatihan diplomat, mereka mengajarkan kalian tentang protokol untuk makan dengan etiket. Mereka memberikan pelajaran yang disukai Iblis! Kalian pergi ke restoran dan lihat kebanyakan orang makan dengan tangan kiri, dengan garpu di tangan kiri mereka dan pisau di tangan kanan. Mengapa? Karena Setan membisikkan telinga mereka. Nabi (s) bersabda bahwa jika seseorang makan dengan tangan kiri (bukan berarti ia seorang kidal), ia tidak boleh melakukannya. Saya melihat banyak orang di bawah makan dan minum dengan tangan kiri mereka. Tidak ada berkah di sana, bahkan lebih buruk lagi, itu akan mendatangkan penyakit bagi kalian.

Jadi, Islam datang dengan kehormatan dan disiplin yang sangat tinggi dalam cara makan. Nabi (s) bersabda, pada awalnya, ketika kalian ingin makan, mulailah dengan bismillah. Imam Ghazali (r) menyatakan bahwa, “Ketika kalian mulai makan, ucapkan 'bismillah' dengan suara yang keras.” Mengapa dengan suara yang keras? Agar orang lain di sebelah kalian juga ikut mengucapkannya. Ia akan memperoleh berkah dari keduanya, dan itu akan menjadi semacam rantai yang melindungi agar Setan tidak masuk ke dalam makanan kalian. Setiap kali kita memasukkan makanan (ke dalam mulut), kita dianjurkan untuk membaca bismillah. Apakah kita mengucapkannya? Mungkin sebagian melakukannya, khususnya ketika kalian mempunyai kari di hadapan kalian! (tertawa)

Imam Ghazali (r) berkata bahwa, jika kalian mengucapkan bismillah dalam setiap gigitan, itu adalah baik dan lebih baik, karena itu mencegah kalian menjadi terlalu serakah, karena kalian makan dengan adab dan kesabaran. Beberapa orang tidak mempunyai waktu untuk mengucapkan bismillah; mereka makan dengan begitu cepatnya dan mata mereka terlihat begitu lapar (dengan keserakahan) dan melihat ke seluruh meja untuk melihat apakah yang lain makan lebih baik dari mereka. Jadi ucapan bismillah akan memperlambat kalian, dan kalian tidak makan dengan terburu-buru. Itulah sebabnya ketika kalian mengunjungi awliyaullah, perlu waktu satu jam untuk menyelesaikan seluruh makanan. Kini, orang-orang makan terlalu cepat!

Ketika kalian berzikir pada makanan itu, bagaimana makanan itu akan menyakiti kalian? Nabi (s) bersabda, “Perut adalah rumah penyakit.” Jadi ketika kalian ingat untuk mengucapkan bismillah, kalian makan dengan berzikir dan itu akan menjadikan berkah dan makanan itu akan menyembuhkan kalian. Kesehatan adalah kombinasi dari zikrullah dan makanan.

Dan Nabi (s) bersabda, “Ia harus makan dengan tangan kanan dan dimulai dengan garam, wa yakhtum bihi, dan ia juga harus mengakhirinya dengan garam.” Banyak orang yang melakukan hal itu, khususnya murid-murid Mawlana. Mereka makan dengan tangan kanan serta dimulai dan diakhiri dengan garam.

Dan Nabi (s) bersabda, “Ia harus membuat suapan yang sangat kecil.” Jangan letakkan sesendok penuh dalam mulut kalian, tetapi buatlah suapan yang lebih kecil dalam sendok kalian. Beberapa orang menyendok lebih banyak dan lebih banyak di mulut mereka. Satu suapan besar disusul suapan berikutnya, tidak menyisakan makanan bagi yang lain! Jadi apa yang perlu kalian lakukan?

Nabi (s) bersabda, “Ia harus mengunyah dengan baik, tidak menelannya dengan cepat.” Apakah kalian memperhatikan bagaimana suapan Mawlana ketika makan? Berapa besar rotinya, sepertinya cukup untuk seekor burung. Saya terkejut melihat beliau mengambil potongan kecil yang lebih kecil dari sepertiga ruas jari kalian, dan beliau memakannya dengan perlahan, mengunyahnya dengan sangat baik. Nabi (s) memerintahkan kita untuk mengambil suapan atau gigitan sekecil mungkin, karena waktu ketika kalian duduk di meja, para malaikat turun, karena ketika kalian memulainya dengan bismillah dan garam, para malaikat itu datang, lebih banyak dan lebih banyak dan tasbiih mereka akan dituliskan untuk kalian.

Jangan sampai kalian mempunyai mata lapar! Saya perhatikan banyak orang, ketika kalian meletakkan makanan di meja, dan kalian tidak dapat mencapai ujungnya, mata kalian selalu tertuju ke sana, dan kalian minta orang untuk mengambilkannya untuk kalian. Makanlah dari apa yang berada di depan kalian! Ada sup di depan kalian, atau daging, ucapkan aIlhamdulillah. Jangan menjadi serakah. Kalian tidak boleh menyimpan makanan di dalam mulut kalian, telanlah segera, lalu segera ambil suapan berikutnya, bahkan ketika kalian belum menelan suapan pertama di dalam mulut kalian! Ini adalah sunah Nabi (s). Pada masa beliau, orang-orang makan dari piring yang sama, agar setiap orang memperoleh kesempatan yang sama untuk makan (tidak mengambil makanan ke dalam piring masing-masing, sebagaimana yang kita lakukan sekarang). Kini orang-orang menyendok ke dalam mulut mereka, sementara yang lainnya tidak mempunyai makanan. Orang-orang mencari daging di piring nasi dan menyisakan nasinya!

Kalian tidak boleh untuk mengulurkan tangan kalian hingga suapan pertama ditelan. Bersabarlah! Bahkan jika seluruh makanan telah selesai, biarkan diri kalian tetap lapar dengan cinta terhadap saudara kalian. Saya melihat banyak orang ingin dilayani pertama dan mereka tidak senang. Banyak orang yang menunggu (dalam antrian di aula makan di dargah) dan memilih makanan mereka dengan sangat hati-hati, mengamati setiap piring, dan bergerak dengan sangat lambat, mengorek-ngorek makanan itu untuk memeriksanya, dan bertanya-tanya apakah mereka akan mengambil ini atau itu. Perhatikan mereka, dan lihat berapa lama mereka menghabiskan waktu, kalian akan tinggal di sana bagaikan berjam-jam! Dan saya lihat banyak orang, mereka orang-orang baik, yang akan mengambil sisa-sisa makanan, mereka senang dengan itu. Jangan serakah. Berikan prioritas kepada saudara kalian daripada mendahulukan keegoisan diri kalian. Ini adalah Islam, jangan dahulukan diri kalian sendiri!

Dan jangan katakan sesuatu yang buruk tentang makanan. Jika ia terasa asin atau kurang garam, kurang terasa atau rasanya tidak enak, jangan katakan sesuatu yang buruk tentang makanan itu, karena itu adalah nikmat Allah (swt). Orang-orang merasa keberatan. Saya tahu banyak suami yang mengeluh tentang masakan istrinya, hal itu tidak baik karena ia menghilangkan berkah dari makanan itu.

Nabi (s) bersabda, "wa an yakula mimma yalii", makan apa pun yang dapat diraih (dengan tangannya) bukan yang tidak dapat diraihnya. Allah (swt) memberi kepada orang lain bukan kepada kalian. Itulah sebabnya lebih baik duduk di meja bundar, kalian dapat mencapai apa pun yang ada di meja! (tertawa) khususnya di Cina dan Timur Jauh, mereka menggunakan apa yang dinamakan “Lazy Susan” (meja dengan meja kecil di tengah yang dapat diputar). Mereka tidak meminta, “Berikan aku piring itu.” Mereka pintar!

Tetapi ketika kalian duduk di lantai untuk makan dan kalian tidak dapat menjangkau semua makanan, mengapa kalian memintanya? Tunggu sampai orang lain memikirkan kalian dan menawarkan makanannya kepada kalian. Sekarang, kebanyakan orang tidak seperti itu; mereka menghabisi daging lalu berkata, “Sekarang giliran kalian,” dan apa yang tersisa—tulang-belulang! Ini merupakan hal yang nyata dan melekat pada setiap orang.

Jadi Nabi (s) mengulurkan tangannya untuk mengambil apa yang dekat dengan beliau, kecuali untuk buah, kalian dapat mengulurkan tangan kalian untuk mengambilnya. Para Sahabat (r) bertanya, “Mengapa hanya buah, Ya Rasullullah?” Karena pada masa itu orang-orang umumnya hanya mempunyai satu piring. Di satu sisi nasi, di sisi lain, daging. Sementara Nabi (s) bersabda, “Ada bermacam-macam buah, jadi kalian berhak untuk meminta dan mengambilnya.”

Dan beliau bersabda, “Kalian tidak mempunyai hak untuk makan dari bagian tengah baki. Kalian makan dari pinggir baki yang dekat dengan kalian.

Dan beliau berkata, “Kalian harus makan makanan dengan roti, dan jangan memotong roti dengan pisau.” Memotong dengan pisau hanya untuk daging dan sayur mayur, karena roti merupakan rezeki surgawi (jadi gunakan tangan untuk memotongnya). Kini, setiap orang memotong roti dengan pisau dan itu berasal dari Setan. Biasanya di masa Nabi (s) terdapat roti kering dan beliau biasa menggunakan tangannya untuk memotongnya dengan perlahan.

Nabi (s) bersabda, ”Hormati roti. Allah (swt) mengirimkannya sebagai berkah dari surga.” Kini, tidak ada orang yang menghormati roti. Tak seorang pun yang menyentuhnya hingga kalian memaksa mereka. Hajah Naziha merasa resah dengan hal ini. Ambil, ambil, ambil roti agar berkahnya tidak berakhir! Untuk mendapatkan berkah, hormati makanan itu! Roti dan nasi adalah makanan yang paling diberkati. Kini orang-orang, saya tidak melihat mereka menyentuh roti, padahal ada berkah di dalam roti. Perut kalian akan kenyang bila memakan roti dengan sayur dan daging. Tanpa roti kalian tidak bisa merasa kenyang. Kalian tidak melihat Mawlana? Apa yang ada di dalam supnya, apakah beliau menyentuh supnya sebelum beliau memasukkan roti ke dalamnya? Hormatilah roti. Nabi (s) biasa mengambil roti, lalu menyelupkannya ke dalam garam agar ia mengembang dan memakannya. Apakah kita melakukan hal itu? Tidak. Apakah kita sungguh-sungguh telah melakukan adab yang baik dengan makanan kita atau tidak? Tidak, karena tidak ada orang yang menerangkan hal ini kepada kita. Kalian hanya beralasan saja, tetapi kali ini tidak ada alasan lagi. Jadi saya berkata kepada Hajah untuk membawa sepanci besar untuk kita sore ini—sepanci besar roti! Mari kita lihat, siapa yang akan makan roti dan yang tidak. (tertawa)

Di masa Nabi (s), jika sekerat makanan jatuh ke atas tikar atau lantai, mereka akan membersihkannya dan memakannya. Kini, mereka membuangnya, tidak hanya yang terjatuh, tetapi juga yang masih berada di piring. Mengapa kalian meletakkan begitu banyak makanan di piring, mengapa tidak sedikit saja? Karena mata kalian lapar. Mata tidak pernah kenyang. Perut bisa kenyang. Seperti di Eropa, makan kemudian dimuntahkan (penyakit bulimia—penerj.). Jika kalian membuang makanan, kalian meninggalkannya untuk Setan. Kini kita meninggalkannya, dan boleh jadi berkah makanan itu terletak pada suapan atau gigitan terakhir! Itulah sebabnya Nabi (s) bersabda, “Jangan bersihkan tangan kalian dengan handuk, jilati jari-jemari kalian karena berkah berada di sana.” Adalah sunah untuk mencuci tangan kalian sebelum makan, karena kalian akan menjilatinya setelah makan. Siapa yang melakukan hal itu sekarang? Kita tidak tahu di mana letak berkah pada makanan itu, boleh jadi pada suapan atau gigitan pertama.

Kadang-kadang kalian mempunyai teh dingin atau makanan yang sangat panas. Kalian tidak boleh meniupnya; itu adalah haraam! Hal tidak boleh dilakukan. Saya menemukan cara yang cepat untuk mendinginkan teh yang terlalu panas untuk diminum, yaitu dengan meletakkan sebutir es di dalamnya. Jangan tiup makanan atau minuman yang hangat atau panas. Diriwayatkan oleh Ahmad (r), “Nabi (s) menasihatkan kalian agar tidak melakukannya.” Dan beliau juga mengatakan agar kita bersabar sampai makanannya mempunyai suhu yang sesuai untuk dapat dimakan, jadi jangan terburu-buru. Satu-satunya yang boleh dilakukan dengan buru-buru—hanya satu waktu di mana kalian harus bergegas—yaitu ketika saatnya berbuka puasa di bulan Ramadan. Kalian harus bergegas untuk berbuka puasa. Jangan seperti non-Muslim, karena mereka menundanya dalam tradisi mereka. Berbukalah dengan segera.

wa min Allaha 't-tawfiiq, bi hurmatl'l-Fatiha.

Jangan minum ketika berdiri atau berbaring; Nabi (s) melarang hal itu karena kalian harus menarik (minuman) itu ke bawah sedikit. Beberapa orang mengatakan bahwa, diriwayatkan bahwa Nabi (s) minum ketika berdiri. Hanya ketika minum air ZamZam, kalian harus meminumnya berdiri, karena itu merupakan air yang diberkati yang berasal dari Surga. Semoga Allah (swt) mengampuni kita dan mengganti puasa palsu atau imitasi kita menjadi puasa sejati dengan berkah Grandsyekh `Abd Allah, Mawlana Syekh Nazim dan demi Nabi (s). Amiin.

Tetap saja kita harus mengucapkan alhamdulillah bahwa Allah (swt) telah mengutus hamba-Nya yang tulus ke sini dan datang untuk Allah (swt) dan Nabi-Nya (s). Kalian bukannya datang untuk saya, melainkan untuk Mawlana Syekh Nazim (q) dan Grandsyekh `Abd Allah (q). Tidak ada perbedaan di antara kita, kita semua datang untuk tujuan yang sama, semua berasal dari jalur yang sama, silsilat al-rahmah (mata rantai rahmat). Seperti halnya hubungan antar keluarga (silati 'r-rahm), rahm ini merupakan rahim hubungan kekeluargaan. Jadi kita semua di Internet dan di seluruh dunia mempunyai satu “hubungan silaturahim”. Semua manfaat ini berasal dari sumber-sumber mereka. Saya bukan apa-apa. Kita berbagi cinta Mawlana Syekh. Semoga Allah (swt) menjaga cinta itu dan membimbing kita dan menasihat kita, karena pertemuan semacam ini adalah langka dibandingkan dengan kebudayaan yang populer di dunia ini. Sesuatu yang langka membuat kalian berada dalam Hadirat-Nya.

Dan kini kita berada di tanggal 30 Ramadan tetapi untuk sebagian yang lain hari ini adalah tanggal 29. Banyak negeri Muslim yang berpuasa pada hari Jumat dan beberapa negeri lainnya berpuasa pada hari Sabtu. Dan hari ini banyak negeri Muslim yang mengumumkan Ied jatuh pada esok hari, berakhir 29 hari bagi mereka yang berpuasa pada hari Sabtu atau berakhir 30 hari bagi mereka yang berpuasa sejak hari Jumat. Sebagian besar mengumumkan bahwa Ied jatuh pada hari Minggu. Orang yang tidak berpuasa selama 29 hari, dan mengakhiri puasanya lebih awal adalah salah dan ia adalah sesat, ia harus berpuasa dan mengganti apa yang telah ia lewatkan, dan karena ia melakukannya dengan sengaja, maka ia harus berpuasa selama 60 hari untuk mengganti satu hari puasa yang dilewatinya dengan sengaja. Di lain pihak, bila ia tidak mengetahuinya, maka ia harus berpuasa dan membayar kafaarah, bagi mereka yang tidak tahu. Bagi mereka yang tahu, Ied pada hari Minggu dan mereka mengakhiri puasa hari Jumat, berarti mereka kehilangan dua hari, Jumat dan Sabtu, mereka harus membayar kewajiban itu dan bertanggung jawab di hadapan Allah (swt). Dan khususnya saya berkata kepada Rabbani di Indonesia. Jika mereka mendengar dan mereka harus tahu bahwa, jika seseorang mengambil koran atau apa pun yang mereka ketahui, kami tidak setuju (dengan tindakan mereka, dan untuk setiap hari yang mereka lewatkan) mereka harus berpuasa 60 hari beturut-turut, sehingga mereka harus berpuasa 120 hari berturut-turut (karena melewatkan dua hari). Jika beberapa orang tidak dapat melakukannya karena sakit, mereka harus memberi makan 60 orang miskin untuk setiap harinya. Mereka harus berpuasa, 120 orang miskin bagi setiap orang yang melewatkan hari itu. Dan dari yang saya dengar di sana ada dua kelompok terdiri atas 200 orang, jadi kalikan 200 dengan 120, mereka harus memberi makan 2400 orang secara keseluruhan. Jadi kami tidak setuju (dengan tindakan mereka). Mereka tidak pernah bertanya kepada kami. Jika mereka bertanya kepada kami, kami akan mengatakan bahwa itu adalah salah, dan mereka tidak akan melakukan hal itu. Tetapi mereka melakukannya tanpa bertanya. Mereka yang bertanggung jawab harus membereskan masalah ini. Mereka yang tidak melakukannya, Allah (swt) Mahatahu. Jadi kita akan merayakan Ied pada hari Minggu, insya-Allah.

Suatu hari juga terjadi di sini, seorang yang gila juga, seorang Amerika yang berasal dari Afrika, ia berkata kepada para pengikutnya untuk mengakhiri puasanya 2 hari lebih awal. Tidak ada otaknya! Orang-orang tidak berakal. Saya katakan kepada mereka, mereka dapat berpuasa mulai dari bulan Syakban, tidak ada masalah dan kemudian dilanjutkan dengan Ramadan, karena Sayyida `Aisya (r) berkata, "Aku biasa melihat Nabi (s) berpuasa sebulan penuh di bulan Syakban, atau beberapa hari di bulan Syakban,” kemudian kalian melanjutkannya, kalian melanjutkannya tetapi kalian tidak boleh mengakhiri puasa sebelum negeri kalian mengakhiri puasanya, kalian harus mengikuti peraturan pemegang otoritas keagamaan di suatu negeri. Memangnya siapa kalian, dapat memberikan keputusan dan kalian menyebabkan 200 orang menjadi tersesat, setara dengan berpuasa 120 hari berturut-turut. Semoga Allah (swt) melindungi kita semua. Kita tidak ingin terperangkap ke dalam perangkap ini. Ini adalah perangkap besar dari Setan, dan semoga Allah (swt) melindungi kita dan melindungi setiap Muslim.

Fatiha.

Semoga Allah (swt) mengampuni kita! Astaghfirullah.

(setiap orang bernyanyi untuk Syekh Hisyam)

We love you, we love you,

we love you so much,

we love you, what else can we say?!?

Shaykh Hisham!!!!

UA-984942-2