Available in: English   Bahasa   Go to media page

Gunakan Pedangmu untuk Melawan Egomu, bukan yang Lain

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

27 May 2010 Fenton Zawiya, Michigan

As-salaamu `alaykum wa rahmatullah wa barakaatuhu. As-salaamu `alaykum kepada semua pemirsa, wa rahmatullahi wa barakatuhu. Kami beru saja kembali dari Asia Tenggara. Insya-Allah kita akan mulai dengan dzikrullah, kemudian suhbah. Kita semua berasal dari Ummat an-Nabii (s) dan setiap kata yang kita ucapkan harus seimbang, karena dengan teknologi yang sekarang, orang-orang melakukan ‘potong dan tempel’ ('cut and paste'), sehingga yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Inilah cara-cara teknologi. Mereka selalu ingin agar kalian tersesat dalam masyarakat yang besar ini, di mana Iblis berusaha menarik orang-orang melalui kaki mereka. Jadi jalan terbaik adalah kita mulai dengan dzikrullah dan setelah itu kita akan lihat apakah Mawlana Syekh akan memberi kita tanda atau memberi inspirasi kepada saya untuk menyampaikan sesuatu. Insya Allah kami akan menjumpai kalian dalam berbagai acara di akhir pekan ini.

(khatm)

A`uudzu billahi min asy-Syaythaani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim.

Nawaytu 'l-arba`iin, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah,

nawaytu 'r-riyaadhah, nawaytu 's-suluuk, lillahi ta`ala fii haadza 'l-masjid.

Athi`ullaha wa athi`u 'r-Rasuula wa uuli 'l-amri minkum.

Patuhi Allah, patuhi Nabi (s) dan orang-orang yang mempunyai otoritas di antara kalian. (4:59)

Ini adalah suhbah Grandsyekh, semoga Allah memberkati jiwanya, pada tanggal 31 Mei 1393 (Hijri), sekitar 40 tahun yang lalu. Sebagaimana yang telah saya katakan berulang kali, lebih baik bicara dari apa yang telah kita pelajari dari syekh kita, karena ada rasa dan makna dalam ajarannya, kalian mendapat berkah; mereka adalah orang-orang yang meletakkan makanan untuk kalian nikmati dan mereka menyajikannya kepada kalian sebagai makanan yang nikmat, siap untuk dimakan.

Saya berada di suatu negara selama hampir 25 hari dan alhamdulillah, dengan berkah Syekh kita, saya bangga dan sangat senang untuk mengatakan bahwa saya berada di masa Grandsyekh, Sultanu `l-Awliyaa, Sayyidi Syekh`AbdAllah al-Fa`iz ad-Daghestani (q). Saya berjumpa dengan beliau, saya melayaninya, saya mengambil barakah dari beliau, dan saya belajar dari ajarannya. Saya telah mengenal beliau sejak berusia 13 tahun; pertama kali saya berjumpa dengan beliau ketika berusia 12 atau 13. Ini hanya agar orang tahu sedikit tentang latar belakang kami. Dengan Kemurahan Allah, kami juga memiliki Mawlana Syekh Nazim (q), semoga Allah memanjangkan usianya. Kami melayani beliau dan kami melakukan yang terbaik baginya dan untuk keluarganya selama lebih dari 40 tahun, sekitar 52 tahun. Dan kami melakukan yang terbaik untuk berbagai hal yang tidak diketahui orang-orang, tetapi saya dapat mengatakannya sedikit.

Pada akhir tahun 1970, alhamdulillah kami berasal dari keluarga kaya dan sangat religius. Semua paman saya adalah lulusan Universitas al-Azhar di Mesir (Universitas Islam tertua di dunia). Salah satu di antara mereka adalah kepala seluruh ulama Muslim di Timur Tengah. Salah seorang lagi menjabat sebagai pemangku agama di Lebanon dan kini saudara sepupu saya adalah Grand Mufti Lebanon. Pada tahun 1974, setelah Grandsyekh wafat, Saya membawa Mawlana Syekh dalam suatu perjalanan ke Turki di mana beliau mulai memberikan pengajaran kepada masyarakt Turki. Sebelumnya, pada masa Grandsyekh, Mawlana Syekh Nazim (q) berulang kali berkata, "Aku tidak akan meninggalkan Syam ke mana pun.” Tetapi setelah Grandsyekh wafat, beliau pergi ke Turki, lalu Inggris dan alhamdulillah, beliau menyebarkan tarekat dari Timur ke Barat.

Pada akhir tahun 1970, kami memiliki bisnis tekstil di Lebanon, dan juga di Jeddah, Saudi Arabia, kami membangun sebuah rumah sakit dan kami mengundang Mawlana ke rumah sakit itu. Beliau berkata bahwa beliau ingin membeli sebuah masjid di Inggris yang sebelumnya adalah sinagoga. Kami mengumpulkan uang untuk beliau dan beliau membeli sinagoga itu seharga hampir 150,000 poundsterling pada saat itu, dan uangnya dikumpulkan oleh kami. Saya tidak mengatakan hal ini karena bangga atau ego, tetapi agar orang mengerti latar belakangnya. Kemudian setelah beliau membelinya, di waktu lain beliau membeli sebuah gereja di Peckham pada tahun 1978. Kami juga mengumpulkan uang untuk beliau hampir sebanyak 200,000 poundsterling dari usaha kami dan dari hubungan kami di Jeddah dengan orang-orang Muslim yang tulus dan sangat soleh di sana; kemudian beliau membeli Masjid Peckham. Ketika pada saat itu tidak ada yang menolong, alhamdulillah kami menolongnya dengan barakah mereka. Tetapi iri ya iri, benci ya benci. Kalian tidak bisa mengubah sifat iri tersebut. Mereka iri terhadap Nabi (s), mereka iri terhadap keempat khalifahnya (r), mereka iri terhadap Sahabatnya (r), tetapi tetap saja mereka melanjutkan pekerjaannya.

Singkatnya, di antara kutipan, suatu ketika Grandsyekh (q) berkata, "Siapa yang dianggap sebagai seorang Darwisy di mata Allah?” Ini adalah satu di antara suhbah pertama beliau yang saya catat. Beliau berkata,

"Darwisy adalah orang yang tidak pernah duduk di tepi jalan.

Darwisy adalah orang yang tidak pernah pergi ke bioskop.

Darwisy adalah orang yang tidak pernah pergi ke disko. (Beliau tidak mengatakannya "disko," tetapi "tempat-tempat hiburan.")

Darwisy adalah orang yang tidak merokok selama hidupnya.

Darwisy adalah orang yang berusaha agar tidak menjadi iri.

Darwisy adalah orang yang tidak pernah mengakui hal-hal yang bukan untuk dirinya."

Jadi dari banyak penjelasan ini, saya ingin menyebutkan dua hal di samping hal-hal lainnya tadi: sepanjang hidup saya, saya tidak pernah pergi ke bioskop. Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah pergi ke restoran untuk makan, kecuali beberapa kali di sini, di Amerika. Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah mengisap rokok, atau marijuana atau obat-obat terlarang. Jadi, inilah dia. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Tetapi ini adalah tiga hal yang ingin saya sebutkan karena kami dibesarkan di lingkungan masyarakat dan keluarga yang sangat tegas. Dan rumah ayah saya adalah rumah untuk awliyaaullah. Mereka datang dari segala penjuru dunia untuk dijamu di rumah ayah saya, karena rumah beliau adalah rumah yang sangat besar. Bila kalian memasuki halaman rumah, sebagaimana yang kalian ketahui bahwa setiap rumah mempunyai halaman yang mengantarkan kalian ke berbagai ruangan. Halamannya saja mencapai 500 meter persegi. Jadi itu adalah rumah yang sangat besar, dengan tiga lantai. Sebagian besar ulama dan awliya dari Syam biasanya datang ke rumah itu. Banyak awliya dari Maroko, Afrika Utara datang. Kalian berdua (menunjuk pada dua orang murid) bersama saya di Ghana dan Pantai Gading, di mana kalian mendengar saya mengatakan kepada para pengikut Tijani bahwa bahkan Syekh Ahmad Bamba, kepala dari Tarekat Tijaniyyah di Afrika Utara telah mengunjungi rumah kami. Jadi kami dibesarkan dalam keluarga seperti itu di mana kami bertemu banyak awliyaaullah dan para ulama, karena paman saya adalah ulama. Ratusan orang datang setiap hari untuk mendapatkan makanan dan tempat menginap, dan banyak yang tinggal selama berminggu-minggu. Alhamdulillah, Allah (swt) menyelamatkan kami dengan berkah Grandsyekh dan Mawlana Syekh Nazim (q). Kalian tidak dapat melakukan hal itu tanpa dukungannya, itu adalah mustahil. Ada banyak hal lainnya lagi, tetapi saya tidak ingin menyebutkannya.

Kita belajar dari tasawwuf dan dari orang-orang terpelajar ini, hamba-hamba Allah yang soleh ini bahwa kalian tidak boleh mengangkat pedang. Kalian tidak boleh datang kepada orang-orang dengan sebilah pedang; itu artinya senapan mesin. Pedang itu setara dengan senapan mesin sekarang. Kalian tidak dapat mengatakan, “Aku adalah Shaahibu `s-Sayf, Pemilik Pedang." Bahkan jika mereka memberikan gelar tersebut kepada kalian, itu adalah untuk kalian gunakan melawan ego kalian. Jika kalian mengerti tasawwuf, kalian harus mengerti bahwa gelar itu artinya, "Berhati-hatilah terhadap egomu. Potong egomu dengan pedang itu." Itu adalah pedang untuk diri kalian sendiri, nafs kalian, pedang untuk melawan ananiyyah, keegoisan.

Awliyaa tidak datang dengan pedang. Apakah kalian pernah melihat Mawlana Syekh Nazim (q) memberikan selain dari bunga? Sayyidina Mahdi (a) tidak memerlukan pedang. Jika kalian berpikir bahwa beliau akan memerlukan pedang, lalu membawa kedamaian bagi bumi, maka beliau memerlukan enam milyar pedang. Berapa banyak penduduk bumi sekarang? Enam milyar. Jadi ini artinya setiap orang memerlukan pedang? Mahdi (a) datang dengan bunga. Beliau adalah Shaahibu 'l-Ward, "Pemilik Bunga." Beliau mempersembahkan bunga dan orang-orang mengikuti; beliau tidak mempersembahkan pedang! Jika pemahaman kalian begitu sempit, semoga Allah (swt) memberi kalian lebih banyak pemahaman tentang tariqah. Kita harus belajar bahwa setiap orang yang menyakiti kita, kita harus memberi mereka bunga. Sayyidina Mahdi (a) datang dengan bunga dan bunga-bunga ini adalah takbiir, Allahu akbar. Ketika beliau mengucapkan, Allahu akbar, beliau akan memberikan kalian bunga-bunga dengan warna yang berbeda-beda yang tidak pernah kalian bayangkan dalam hidup kalian, karena pada saat itu kekuatan surgawi akan datang. Beliau akan datang dengan bunga-bunga surgawi yang tidak pernah kalian lihat dalam hidup kalian, dengan berbagai warna seperti pelangi. Orang-orang sangat senang melihat pelangi, ya kan? Itu bagaikan sebuah gubuk jika dibandingkan dengan bunga-bunga surgawi tadi!

Apa yang akan dibawa oleh Sayyidina Mahdi (a) adalah `ilm, ilmu, bagaikan bunga-bunga dengan aneka ragam warna dan beliau akan mencurahkannya ke dalam hati manusia, dan dengan cepat akan membawa mereka ke jalan yang benar. Beliau tidak memerlukan pedang. Ketika kita mengatakan “pedang,” apakah ini berarti bahwa Mahdi (a) akan berperang dengan sebilah pedang? O, kita harus memahami rahasia dari kalaamu 'l-awliyaa (kata-kata para awliya). Grandsyekh, semoga Allah memberkati jiwanya, berkata, Ittaquu syarra man ahsanta ilayh, "Berhati-hatilah terhadap kejahatan dari orang di mana kalian melakukan yang terbaik untuknya.” Nabi (s) memperlakukan Abu Jahal dan Abu Lahab dengan baik selama bertahun-tahun, tetapi pada akhirnya, apa yang terjadi? Cukup ya cukup! Ketika batasnya tiba, Abu Jahal meninggal dalam Perang Badar dan Abu Lahab, Allah menyebutkannya di dalam kitab suci Al-Qur’an. Jadi ketika mereka mencapai batas kesombongan, kebencian dan iri mereka, akan datang waktu di mana kalian ingin memperbaikinya.

Kita ingin memperbaiki diri kita dan mereka, tariqah adalah untuk memperbaiki, dan syekh adalah satu-satunya orang yang memperbaiki. Dan saya menerangkan hal ini di Singapura, sangat penting bagi orang-orang untuk mendengar tentang suri teladan para awliyaaullah. Saya berkata kepada diri saya sendiri selama empat bulan terakhir, “Mengapa Mawlana Syekh Nazim (q) tidak merespon secara terbuka, atau mengapa beliau membiarkan kontroversi ini terus berlanjut?” Itu adalah pertanyaan yang sederhana, tetapi setiap orang menanyakan hal ini. Itu juga terlintas di dalam benak saya. Dan tiba-tiba saya membuka sebuah suhbah dari Grandsyekh (q), karena saya memiliki satu di antara catatan-catatan beliau, dan saya katakan, "O, inilah jawabannya!" Saya katakan di Singapura bahwa Grandsyekh, semoga Allah memberkati jiwanya, berkata, “Teladan para awliyaaullah adalah seperti gunung. Ada banyak gunung di bumi. Ketika Allah menciptakan bumi, bumi terguncang. Ia tidak seimbang, jadi Allah meletakkan gunung-gunung di atasnya, di mana-mana untuk menahan bumi bersama-sama. Awliyaaullah adalah gunung-gunung ini, mereka mewakili pegunungan ini dalam dimensi spiritual.

Dan beliau berkata dalam catatan saya bahwa seorang wali bagaikan gunung yang di dalamnya hidup binatang liar dan binatang jinak. Apa yang hidup di gunung? Segala jenis binatang, baik yang liar maupun yang jinak. Burung-burung, ada yang buas dan ada yang tidak. Ular, yang buas dan ada pula yang jinak; misalnya ular-ular hitam ini yang biasanya baik untuk pertanian. Kalajengking, ada kalajengking yang menyengat dan ada pula yang tidak. Cacing, ada yang menggigit dan ada pula yang tidak. Jadi di pegunungan ini hidup segala jenis binatang. Dan wali itu seperti gunung yang menanggung semua perilaku baik dan buruk, karakter baik dan buruk dari para pengikutnya. Dan itulah sebabnya jawabannya muncul dan saya katakan, ”OK, itulah jawabannya!" Itulah sebabnya mengapa Mawlana membiarkan mereka dengan karakater liarnya, untuk menyemir mereka, dan beliau menjaga karakter jinaknya untuk membangun mereka! Tetapi beliau tidak pernah keberatan. Gunung tidak pernah mengatakan, “Mengapa binatang buas ini hidup dalam diriku?” atau “Mengapa binatang jinak ini hidup dalam diriku?” sama halnya dengan awliyaullah, mereka tidak akan mengatakan hal itu. Mereka akan mengatakan, “Mengapa aku harus mengusir orang dengan sifat yang buruk ini? Biarkan mereka tinggal dengan perilaku liarnya, aku akan menyemirnya. Dan orang yang jinak ini, biarkan ia tinggal, aku akan meningkatkan levelnya.”

Saya tidak akan menentukan siapa yang liar atau siapa yang jinak; orang dapat membedakannya sendiri. Bisa saja kita semua liar atau semua jinak; atau kita bisa bercampur. Itulah sebabnya Grandsyekh (q) berkata, “Kalian tidak akan pernah mendengar gunung itu menjawab balik.” Lalu beliau berkata, "Awliyaaullah bagaikan samudra." Di samudra, kalian mempunyai ikan liar dan ikan jinak. Samudra itu tidak pernah berkata, “Mengapa aku mempunyai ikan-ikan liar?” Keduanya hidup di sana, yang liar dan yang jinak, tetapi samudra itu menanggung lebih banyak dari pada gunung, karena sampah apa pun yang dilemparkan bumi ini ke dalam samudra, airnya tetap murni. Kalian boleh berwudu dengan air itu, tetapi kalian tidak bisa berwudu dengan air kolam. Di dalam kolam, dengan airnya yang sedikit, bila ada sampah masuk, kalian tidak boleh berwudu atau mandi di dalamnya. Tetapi di samudra, setiap saat, jika kalian melompat ke dalam air dan keluar, sudah termasuk wudu di dalamnya. Bahkan jika seluruh selokan di dunia masuk ke dalamnya, tidak ada masalah. Seluruh selokan di dunia, jika semua air kotor yang berasal dari setiap manusia dan hewan dimasukkan ke dalam samudra, ia tetap murni! Dan tetap saja ia tidak mengatakan, “Mengapa?” atau “Mengapa tidak?”, ia tetap diam.

Dan ketika saya melihat hal itu, yang tertulis 40 tahun lalu, saya berkata, “Tidak perlu merespon apa-apa tentang suatu isu.” Kita bicara. Mereka yang mau mengambil, dapat mengambilnya. Mereka yang tidak mau, itu terserah mereka, kami tidak campur tangan. Iblis mempunyai setan bersamanya dan mereka senang bersamanya. Awliyaaullah mempunyai muriid dengan mereka dan mereka senang dengannya. Pilihlah apa pun yang kalian sukai, mereka tidak peduli. Tetapi ingatlah:

وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

Fawqa kulli dzil `ilmin aliim.

Di atas setiap alim terdapat alim yang lebih tinggi. (12:76)

Jangan coba-coba untuk menjadikan diri kalian sebagai seorang alim, karena di atas kalian ada orang lain dan di atas orang itu, ada orang lain lagi. Itu tidak pernah berakhir! Jadi apa tugas kita? Mempersembahkan bunga dan berhati-hati, karena fitnah muncul ketika kalian menolong orang tetapi ia mengkhianati kalian, lalu mereka memutarbalikkan segalanya dan kalian menjadi orang yang dituduh menusuk mereka. Karena teknologi sekarang adalah ‘potong dan tempel’ ('cut and paste'). Itulah yang mereka tahu dan mereka menyebut diri mereka insinyur, tetapi mereka melakukan potong tempel. Jadi berhati-hatilah! Ittaquu syarra man ahsanta `ilayh, "Berhati-hatilah dari kejahatan orang di mana kalian melakukan yang terbaik untuknya." Mereka berkata bahwa mereka menolong kita. Sebaliknya, kita menarik mereka keluar dari tempat-tempat ini ke tempat di mana mereka tenggelam, saya tidak akan mengatakan apa-apa. Saya berdiam diri, tetapi sejarah akan berkata, sejarah tidak akan tinggal diam!

Dan apa yang dikatakan oleh Nabi (s), Wahai saudara-saudara dalam Islam, Iman dan ihsan? Beliau berkata dalam sebuah hadis bahwa pada Hari Kiamat, yukhawwinu 'l-amiin wa yu'amminu 'l-khaain. Jika kalian tidak tahu, cek, dan inilah yang kita saksikan sekarang, di mana-mana di seluruh dunia. Yukhawwanu 'l-amiin, "Orang yang dapat dipercaya menjadi pengkhianat.” Orang yang terpercaya menjadi pengkhianat dan yang berkhianat menjadi terpercaya.” Allahu akbar! Cek lagi dan lihat latar belakangnya orang agar tidak terjerembab ke dalam perangkap. Kini apa yang mereka lakukan? Yukhawwinu 'l-amiin, orang yang dapat dipercaya menjadi seorang khaain, pengkhianat. Terhadap dirinya, orang-orang mengatakan bahwa ia adalah seorang pengkhianat, karena mereka melakukan potong tempel (cut and paste). Dan wa yu'amminu 'l-khaain, dan seorang pengkhianat menjadi terpercaya. Kita senang melihat ini dengan mata kita karena dengan demikian kita tahu bahwa tanda-tandanya telah datang. Faktanya bahwa kini kita melihat kejadian ini di antara masyarakat Muslim, mereka jatuh ke dalam perangkap, sebagaimana Nabi (s) berkata agar berhati-hati, itu artinya tanda-tandanya sudah ada di sana.

Kalian tidak bisa berbicara lagi. Kalian bicara satu kata, mereka potong dan tempel (cut and paste) (sehingga keluar dari konteks). Jadi lebih baik mengikuti apa yang Sayyidina `Ali (r) katakan, "Diam!" Biarkan seluruh dunia menuduh kalian! Diam saja. Seseorang datang menemui Mawlana Syekh Nazim (q), semoga Allah (swt) memanjangkan usianya, dan saya tidak mau menyebutkan namanya. Dia mengeluh dan mengeluh mengenai seseorang dengan segala macam kebohongannya dan Mawlana tidak menghentikannya. Jadi orang itu terus begitu. Dia tahu tentang dirinya. Mawlana mendengarnya dan beliau tidak memberi tanda atau respon. Orang itu mengeluh selama setengah jam dan kemudian berhenti. Mawlana berkata, "Apakah engkau selesai?”

Ia berkata, “Ya Sayyidii, aku telah selesai.” Dan ia mengatakan Sayyidii, dengan adab yang baik setelah semua keluhan tadi! Mawlana berkata, “Tahukah kamu mengapa aku membiarkan kamu bicara panjang lebar? Karena orang yang kamu bicarakan, aku tahu bahwa ia terzalimi, ia mengambil semua kebaikanmu (hasanat) dan kamu ambil semua sayi`aat-nya. Aku memastikan bahwa aku mengosongkan dirimu dari segala sesuatu, dan aku memberimu waktu lebih banyak, karena aku tahu orang yang kamu bicarakan terzalimi dan kamu adalah orang yang zalim. Sehingga ia mengambil semua amal baikmu dan kamu mengambil semua dosanya."

Apakah kalian melihat bagaimana awliyaaullah? Jadi katakan apa yang kalian suka. Mawlana menyebutkan dua contoh ini mengenai gunung dan samudra dalam catatan Grandsyekh, dan saya menyebutkan sesuatu kepadanya tentang bagaimana orang-orang mengutuk dan mengatakan hal yang buruk. Beliau berkata, “Jalan terus! Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Beliau mengatakannya dalam bahasa Turki dan Arab. Allah (swt) berfirman dalam Kitab suci Al-Qur’an,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Wa `ibaadu 'r-rahmaan al-ladziina yamsyuuna `ala al-ardhi hawnan wa idzaa khaatabahumu 'l-jaahiluuna qaaluu salaama.

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka dengan kurang ajar, mereka mengucapkan kata-kata keselamatan. (25:63)

`Ibaadallah, hamba-hamba Allah yang berjalan dengan rendah hati di bumi, membuka tangan mereka, melakukan yang terbaik bagi Mawlana Syekh Nazim (q) di seluruh dunia dan membawanya ke negeri ini, ketika beliau tidak mau pergi dengan orang lain. Kami membawa beliau lima atau enam kali ke Amerika antara 1991 dan 2000. Kami melakukan yang terbaik untuk beliau dalam segala hal, tidak hanya di sini, tetapi di seluruh dunia! Saya baru saja tiba dari suatu tempat di mana ada Mawlid yang dihadiri lebih dari 200,000 orang. Saya adalah pembicara utama dengan Habib Syech dari Indonesia, dengan (majelis) Ahbaab al-Mustafa, yang merupakan keturunan Nabi (s) dari Yaman yang tinggal di Indonesia. Banyak di antara mereka yang memberikan nasihat dalam bahasa Arab. Di sana orang-orang haus, tetapi di sini, orang-orang berada dalam fitnah, membingungkan diri mereka sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka.

Pada tahun 1969 terjadi perang di Lebanon yang dikenal dengan "Black September," ketika Jordania bertempur dengan Palestina dan 500.000 orang meninggalkan Jordania menuju Lebanon dan Suriah. Sejak saat itu, banyak orang yang mempunyai peluncur roket di rumahnya, juga senapan mesin, RPG dan lain-lain! Bahkan kami tidak pernah mempunyai pisau, kecuali pisau dapur. Mawlana berkata, “Jangan (membawa) pisau,” walaupun sunnah membolehkan kita membawanya untuk mengupas buah. Kami tidak pernah membawa senjata. Kemudian krisis Lebanon muncul, orang-orang bertikai satu sama lain hingga 1990. Kami tidak pernah mempunyai senjata, pedang atau pisau. Allah (swt) mempunyai malaikat-Nya yang melindungi kalian dan mereka tidak memerlukan pedang! Mereka mempunyai takbir spritual, takbir surgawi yang cukup untuk menyelamatkan kalian.

Kita tidak memerlukan pedang, dan ini adalah deklarasi kami ke seluruh dunia untuk murid-murid Mawlana dan bagi mereka yang mencintai kami dan bagi mereka yang tidak. Mereka mempunyai wakil mereka sendiri dan mereka bebas untuk itu, saya tidak tertarik. Tetapi kami katakan kepada mereka: jangan membawa pisau yang lebih besar dari ukuran jari. Jangan melatih orang-orang dan membentuk milisi! Sufi tidak seperti itu. Bahkan Sufi tidak mempunyai pakaian yang cocok. Mereka senang dengan warna kalian, orang-orang dengan latar belakang yang berbeda, dengan turban atau tanpa turban, dengan jubah atau tanpa jubah. Kita bukan prajurit! Kami bukanlah orang yang ingin membawa pedang. Kami bukan Shaahibu `s-Sayf. Bukan! Apa pun yang pernah dikatakan oleh Mawlana, ada interpretasi yang benar bagi segalanya. Shaahibu `s-Sayf adalah pedang bagi keegoisan kalian, pedang untuk ego kalian. Ya, tentu saja kita semua adalah Shaahibu 's-Sayf untuk ego kita. Berapa kali Mawlana dan Grandsyekh berkata agar kita membunuh ego kita? Berapa banyak Mawlana meriwayatkan hadis di mana bila kalian ingin mengetahui siapa orang yang “mati sebelum mati, lihatlah Sayyidina Abu Bakr as-Shiddiq (r) karena beliau tidak lagi mempunyai ego.”

Apa yang dikatakan oleh Nabi (s)? Jika kalian tidak mengetahui syariah, kalian harus pergi dan mempelajarinya. Jangan duduk di rumah dan mengatakan, “Aku tidak membacanya.” Tidak, bacalah! Kita semua harus membaca dan belajar. Nabi (s) mengatakan, Allahuma laa takilnii ila nafsii tarfata `aynin wa laa aqala min dzaalik, "Ya Allah! Jangan tinggalkan aku kepada egoku, walau hanya sekejap mata, kalau tidak aku akan suui 'l-khatima,mempunyai akhir yang buruk. Selalu jaga pedang spiritual kalian untuk menentang ego kalian, menentang keegoisan kalian. Jangan pergi untuk membentuk tentara atau prajurit. Untuk apa kalian membentuk tentara? Kalian pikir Sayyidina Mahdi (a) memerlukan lima puluh tentara kalian? Berapa banyak (tentara) yang akan kalian miliki? Mesir mempunyai setengah juta dan Amerika Serikat mempunyai 1.5 juta. Apakah Mahdi (a) memerlukan tentara kalian? Tidak. Beliau datang dengan tangan terbuka, dengan bunga, dengan cinta, dan dengan hal-hal yang manis. Beliau datang dengan cinta! Beliau tidak datang dengan arogan, kebencian, iri dan sombong. Tidak, ini bukanlah karakter awliyaaullah, yang bersifat supel. Mereka tersenyum dengan semua orang, mereka bercanda dengan semua orang dan mereka mudah dengan semua orang. Mungkin ada beberapa orang yang senang kalau ada seseorang yang keras dengan mereka untuk memoles ego mereka, itu terserah pada mereka, tetapi tugas kita bukan menjadi keras. Kami mengajarkan para pengikut untuk tidak menjadi keras, tetapi bersifat supel dan mencintai semua orang.

Ulurkan tangan kalian kepada semua orang. Kami mengulurkan tangan kami, tetapi mereka menolak. Kami ulurkan dan terus mengulurkan tangan kami. Sebagaimana Nabi (s) pernah melakukan salat menghadap Masjid Al-Aqsa selama 18 bulan dan para Sahaabah (r) berkata, "Yaa Rasuulullah, mengapa engkau tidak salat menghadap Ka’aba?” Beliau berkata, “Tidak, aku salat di sana, mengulurkan tanganku kepada orang-orang Yahudi dan komunitas Kristen, memperlihatkan kepada mereka bahwa aku salat di tempat mereka sembahyang, karena kita salat kepada Allah (swt).”

Akhirnya, pada akhirnya ketika mereka tidak menerima, perintah turun kepada beliau agar (salat) menghadap Ka’aba, dan itu adalah masjid yang sangat terkenal, Masjid al-Qiblatayn. Jadi Nabi (s) melakukan yang terbaik dan kita harus mencontoh dari teladannya. Kita melakukan yang terbaik sehingga apa pun yang datang, biarkan datang. Kami tidak akan merespon apa-apa. Kami tidak bisa menjamin bahwa mereka semua akan diam karena kami tidak hanya mempunyai empat puluh atau lima puluh pengikut, kami mempunyai jutaan pengikut yang mengambil baya di seluruh dunia! 200.000 orang ini mengambil baya sekaligus! Kami tidak dapat menjangkau mereka semua, jadi mereka mengangkat tangannya dan semuanya mengambil baya. Hal yang sama juga terjadi di Pantai Gading, Ghana dan Kenya. Kami juga sangat senang bahwa kami memperlihatkan Pangeran Charles, bunganya Islam, yaitu Sufisme. Alhamdulillah, itu adalah acara yang sangat sukses di mana Mawlana Syekh sangat senang dengan hal itu. Kami melakukan yang terbaik untuk menghadirkan Mawlana di podium tertinggi di Manchester, di hadapan Pangeran Charles, dengan gambar-gambar, dengan ucapannya lewat satelit, dan pesannya pada awal acara. Kami melakukan yang terbaik. Pergilah dan coba saja. Kami mendukung setiap orang yang berusaha dan bekerja keras. Kami dapat membantunya.

Semoga Allah (swt) mengampuni kita, semoga Allah memberkati kita, semoga Allah mendukung kita. As-salaamu `alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh. Terima kasih.

UA-984942-2