Available in: English   Bahasa   Go to media page

Pentingnya Disiplin dalam Tarekat, Bagian 1

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani

16 September, 2010 | Fenton Zawiya

Apapun yang ingin kalian pilih, pilihlah. Jika kalian tidak ingin memilih salah satu dari tarekat ini, dan kalian hanya ingin mengatakan, “Aku mengikuti keempat mazhab, Imam Malik, Imam Syafi’ii, Imam Abu Hanifa, Imam Ahmad," itu tidak masalah. Jika kalian ingin mengatakan, “Aku tidak ingin mengikuti seseorang, aku ingin mengikuti jalanku sendiri.” Itu juga ok.

TETAPI, jalur apapun yang kalian pilih, pasti ada disiplinnya. Kalian tidak dapat mengikuti suatu jalur tanpa disiplin.

Seperti mengendarai mobil, apakah tidak ada disiplin dalam mengendarai mobil? Dapatkah kalian melihat ke kanan atau ke kiri? Bisa, tetapi kalian harus melihatnya ke dalam spion. Spion itu akan memberi tahu kalian apa yang harus kalian lakukan dengan sisi kanan dan kiri kalian dan (terutama) kalian harus melihat ke depan. Jadi dalam menyetir pun ada disiplinnya.

Di masa lalu, mereka tidak mempunyai spion di kiri dan kanan. Jadi ke mana kalian melihatnya? Kalian melihat siapa yang berada di belakang kalian (spion untuk melihat ke belakang). Mereka biasa menjual, saya ingat pada tahun lima puluhan, ini adalah masa saya, kami biasa membeli spion yang besar (membentangkan lengannya) dan kalian kaitkan pada spion yang lebih kecil sehingga kalian dapat melihat apa saja. Tetapi kalian tidak dapat menyetir tanpa mengikuti jalur jalan. Kalian tidak dapat berjalan di jalanan bila tidak mempunyai disiplin.

Jadi pilihlah jalan yang kalian sukai. Kalian memilih jalan setani, baiklah, kalian akan berakhir dalam kejahatan. Tidak masalah, ini adalah yang kalian inginkan. Jika kalian memilih jalan yang baik, kalian akan berakhir dalam kebaikan. Jangan katakatan, “Aku memilih jalan yang tidak ada disiplinnya.” Bahkan dalam duduk pun ada disiplinnya. Sekarang pada awalnya, jika saya sampai ke bagian ujung (di mana mereka duduk) tidak ada disiplin lagi. Mereka semua duduk di sudut, merapat. Menyebarlah!

Kamau! Mengapa kamu tidak mengatakan apa-apa kepada mereka? Kau mengajarkan yoga, benar kan? Bukankah kadang-kadang kau mengajar yoga? Apakah ada disiplin di dalamnya atau tidak? Ya, dan ini adalah yoga. Mengapa bila sesuatu untuk Allah (swt) maka tidak ada disiplin di dalamnya? Apapun untuk Allah, orang-orang akan berkata, “Siapa peduli?”

Kalian mengajar bela diri. Dalam bela diri, apakah tidak ada disiplin? Itu penuh dengan disiplin. Dalam bela diri Cina—saya tidak tahu namanya—dalam bela diri Cina atau Jepang, bahkan sang guru ketika menutup matanya ia masih bisa merasakan siapa yang datang dari arah sini, atau sini atau sini. Jadi bagaimana menurut kalian jika kalian berada di Jalan Allah (swt)? Bisakah kalian tidak melihat kanan, kiri atau dari belakang? Jadi itu memberi kita indikasi untuk mengetahui bahwa kita tidak mengikutinya dengan benar. Jadi ketika kita mengikutinya dengan benar, kita berakhir di jalan yang benar dan arah yang benar. Arah yang benar adalah arahnya Allah (swt)

فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ

fa ayanamaa tawallu fa tsamma wajhullah.

Ke mana pun kalian menghadap, di situlah wajah Allah. (al-Baqara, 2:115)

Apapun kalian, di mana pun kalian mengarahkan padangan kalian menuju Allah (swt), kalian akan menemukan-Nya; di mana pun kalian, dan kalian dapat melihat tanda-tanda-Nya di mana-mana.

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ

sanuriihim ayaatina fi 'l-afaaq wa fii anfusihim

Segera Kami akan memperlihatkan mereka tanda-tanda Kami di cakrawala yang jauh, dan dalam jiwa mereka.

Di manakah cakrawala itu? Pergilah lihat cakrawala, apa yang kalian lihat? Tidak ada. Cakrawala yang mana? Cakrawala dari kalbu kita. Semakin banyak kalian melihat kalbu kalian, semakin jauh kalian mencapai Hadirat Ilahi, tetapi kalian akan selalu melihat tanda-tanda-Nya.

sanuriihim ayaatina fi 'l-afaaq. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kami (di dalam cakrawala dari kalbu-kalbu mereka).

Itulah di mana makna dari ayatahi 'l-kubra, artinya, "Kami memperlihatkan kepadanya dari tanda-tanda Kami yang tertinggi.” Itu adalah tanda-tanda Allah (swt) yang diperlihatkan kepada Sayyidina Muhammad dalam mi`raaj beliau.

Itulah di mana Dia memperlihatkan Sayyidina Muhammad (s) tanda-tanda terbesar. Awliyaullah mereka mewarisi dari Sayyidina Muhammad (s). Mereka melihat tanda-tanda ini, baik secara fisik maupun spiritual. Itulah di mana awliyaullah mewarisi dari Nabi (s), mereka melihat secara spiritual dan beberapa mungkin dapat melihatnya secara fisik, di mana hal itu jauh lebih sulit.

UA-984942-2